DR. TGK. H. EDI SAPUTRA, LC, MA – Dosen Adab dan Humaniora UIN Ar Raniry Darussalam Banda Aceh
Secara umum akhlak dan budi pekerti sangat dijunjuk tinggi dalam agama islam, salah satu tujuan diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk mengajarkan akhlak dan budi pekerti yang baik kepada umat ini. Dalam sebuah hadis baginda nabi menegaskan “sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad).
Dalam keseharian Rasulullah Saw, bagaimana komunikasi dengan lingkungan, sahabat dan ummat?
Dalam keseharian Rasulullah bersama keluarga dan para sahabat, beliau telah memperlihatkan dan menerapkan budi pekerti yang baik kepada mereka, dengan keluarga, beliau disebutkan oleh saidah Aisyah “bahwanya akhlak Rasulullah itu adalah Al-qura”.
Bersama sang pembantu Anas bin Malik, Rasulullah tidak pernah bertindak keras padanya sekalipun, bahkan saat Anas terlambat memenuhi permintaan Rasulullah, Anas mengatakan “tidak pernah mengatakan kepadaku: kenapa engkau buat begini, atau kenapa tidak melakukan seperti itu”.
Apabila Rasulullah tidak senang dengan sebagian tindakan sahabat, beliau selalu berusa bertutur dengan baik, kalau itu berkaitan dengan nama baik orang lain, beliau justru tidak menyebukan nama sama sekali, beliau lebihi memilih kata-kata kiasan (ما بل أقوام يقولون كذا..) “kenapa ada orang yang mengatakan ini?”
Sehingga dari cara komunikasi seperti itu yang bangun oleh Rasulullah, tidak ada satupun dari kalangan para sahabat yang pernah tersinggung dengan belaiu. Bahkan para sahabat makin hari makin cintak kepada baliau.
Apa Prinsip komunikasi diajarkan Rasulullah Saw?
Dalam kontek komunikasi, Rasulullah telah mengaris bawahi perinsip seorang muslim dalam berkomunikasi, seraya bersaba: “barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendakalah dia berkata kebaikan atau diam”.
Sungguh damai dunia ini bila semua orang mengamalkan hadis ini, ingin berkomentar maka komentarlah dengan nada yang menyenangkan, apabila tadak ada kebaikan yang ingin dikatakan, maka lebih baik memilih diam. “bukankan banyak orang yang dicampakkan mukannya ke dalam api neraka disebabakan oleh hasil ucapan lidahnya?!” (HR. Ahmad).
Ternyata yang menimbulakn sakit hati tidak hanya bersumber dar lidah, akan tetapi tulisan juga, apabila berisikan kata-kata yang tidak baik tak kalah juga menyengat di hati. Maka dalam kondisi marakanya sarana komunikasi di masa moderen ini, maka berhati-hatilah kita pada saat menulis komentar lalu mengirimkan ke seluruh dunia. Ini tdak hanya bahaya bagi kita di akhirat nanti, akan tetapi bisa membawa celaka kepada kitu di dunia juga!
Lalu, apa saran dan nasehatnya?
Banyak orang tidak sadar bahwa apa yang ditulis oleh seseorang itu adalah cerminan dari diri orang itu. Allah bersumpah dengan pulpen karena peran yang penting yang dimiliki oleh pulpen, apabilah digunakan pada kebaikan, maka dunia akan menjadi baik, dan sebaliknya bila digunakan untuk keburukan maka dunia akan terasa tidak baik.
Maka menjaga lidah pada saat bertutur kata, dan menjaga jari-jemari pada saat menuliskan kata-kata adalah ciri-ciri orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah pada hadis tadi. Menuruti apa yang dipesankan oleh Rasulullah, dan meneladani apa yang dicontohkan oleh beliau adalah satu-satunya acara kita selamat di dunia dan di akhirat.