Harapan Guru Untuk Sejahtera

 

Pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam membangun masa depan. Di Aceh, pentingnya  pendidikan tercermin dalam peringatan dua hari besar: Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei dan Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) yang jatuh pada tanggal 2 September di setiap tahunnya. Hardikda adalah perayaan yang benar-benar khas, karena hanya Aceh yang merayakannya. Tanggal 2 September 1959, sebuah hari yang akan selalu diukir dalam sejarah Aceh, ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Daerah. 2 September diperingati untuk merayakan berdirinya Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam oleh Presiden Soekarno. Inilah titik awal dari perjalanan panjang pendidikan tinggi Aceh. Semua ini tak lepas dari peran besar almarhum Prof. Ali Hashimy, Gubernur Aceh saat itu, yang menjadi arsitek dibalik penetapan tanggal tersebut. Ini adalah upaya besar dari cendekiawan, ulama, pemimpin, dan seluruh masyarakat Aceh yang bersatu dalam semangat membangun pendidikan. Sampai saat ini, peringatan Hardikda menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Aceh, khususnya para guru dan sisw-siswi yang ada di sekolah-sekolah.

Sore hari menjelang peringatan Hardikda, saat pulang dari aktivitas perkantoran seperti hari-hari sebelumnya, saya bertemu dengan seorang guru TK yang sedang duduk di teras rumah tengah sibuk mencari baju adat yang hendak ia kenakan esok harinya saat karnaval peringatan Hardikda digelar. Mata dan jari jemarinya tengah sibuk memantau laman Instagram beberapa akun yang menwarkan jasa sewa baju-baju adat yang sudah snagat familiar bagi masyarakat Aceh terkhusus masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar.

Memecah keheningan di sore itu, saya mencoba membuka pembicaraan sembari meletakkan tas jinjing yang tadi masih saya pegang dengan erat.
“Tahun ini ikut karnaval lagi ya kak?” tanya saya sambil menatap kerahnya. Seketika beliau berhenti dari pencarian sembari meletakkan telpon pintarnya.

“tentu saja dek, hampir setiap tahun kakak ikut meramaikan karnaval ini dan sepertinya akan kakak ikuti di setiap tahunnya” jawab beliau dengan mantap

Mendengar jawaban beliau yang sangat semangat, saya semakin tertarik untuk bertanya alasan mengapa beliau sesemangat itu dengan acara peringatan Hardikda ini.

Tanpa menunggu lama, beliau kembali melanjutkan jabarannya. “bagi kami guru, Hardikda ini jadi simbol keistimewaan, pertanda pendidikan itu juga menjadi sebuah momen untuk dirayakan, tidak hanya saat wisuda ataupun tamat sekolah saja yang harus dirayakan, tapi momen dimana Pendidikan menjadi pusat perhatian, kami para guru merasa dihargai dan diistimewakan” jelasnya penuh semangat.

“Tapi sebenarnya tidak sebatas itu saja”, beliau melanjutkannya dengan jeda. Dengan ekspresi yang kadar semangatnya telah berkurang beliau melanjutkan pembicaraannya.
“sayangnya, guru-guru belum sejahtera, pendidikan belum merdeka, masih begitu mudah digapai oleh mereka yang kaya tapi menjadi sekedar cita-cita oleh mereka yang jauh dari kota” lanjutnya dengan terbata.

Menilik kembali ke masa kegemilangan Islam, guru menjadi suatu komponen penting dalam mendukung kemajuan suatu bangsa. Kesejahteraan guru juga menjadi factor penting yang harus diperhatikan sehingga guru dapat menjalankan perannya dengan maksimal tanpa khawatir akan kebutuhannya yang tidak terpenuhi. Selain karena fungsinya yang sangat mulia, namun juga karena guru adalah manusia biasa yang memiliki amanah besar bagi keluarga serta masyarakat. Lizayana M Zain

 

 

 

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama