Jangan Arogan

Oleh: Nurjannah Usman


Hidup ini tak selalu indah, sebagaimana langit tak selalu cerah. Terkadang kita berada dalam kesenangan, namun ada saatnya kita menghadapi kesulitan. Kita tidak akan selamanya muda, suatu hari kita akan menua. Tidak selalu kita berada di atas; ada masanya kita harus berada di bawah. Begitu pula, kekayaan tidak kekal, dan suatu hari kita mungkin saja kehilangan semuanya. Kejayaan pun tidak abadi, dan kelak mungkin kita akan terpuruk. Ingatlah, sehebat apa pun kita hari ini, suatu saat nanti akan ada orang yang lebih hebat menggantikan kita.

Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga sikap dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Peliharalah hubungan baik dengan sesama, hormatilah perbedaan, termasuk kepada saudara-saudara kita yang berbeda keyakinan. Tatalah kehidupan dengan baik dan benar agar kita tidak merugikan, menjatuhkan, atau menghina orang lain.

Ada sebuah kisah pribadi yang saya alami. Suatu ketika, dalam perjalanan antara Banda Aceh dan Aceh Besar, hujan deras dan angin kencang menyertai sepanjang jalan. Air dari percikan kendaraan lain beberapa kali membasahi saya, namun tidak terbersit sedikit pun rasa marah. Saya berusaha bersabar, menyadari bahwa itu bagian dari perjalanan.

Namun, ketika saya melewati sebuah perkampungan yang jalannya agak menurun dan tergenang air, secara tidak sengaja kendaraan yang saya tumpangi memercikkan air hujan ke seorang pengemudi becak motor. Menurut keterangan, bapak itu hendak shalat berjamaah di masjid. Tanpa diduga, ia memaki saya dengan kata-kata kasar yang mengejutkan. Saya merasa sangat terkejut dan tersinggung, namun tetap berusaha menahan diri.

Merasa bersalah, saya segera menghentikan kendaraan dan meminta maaf. Namun, bukannya menerima permintaan maaf saya, beliau justru semakin marah dan memaki dengan bahasa yang jauh dari sopan. Hal ini sungguh mengherankan, terlebih lagi karena beliau sedang dalam perjalanan untuk menunaikan kewajiban kepada Allah.

Rasulullah SAW bersabda dalam Hadits Riwayat At-Tirmidzi No. 2002: “Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan kebaikan seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlak yang mulia. Sesungguhnya Allah membenci orang yang kasar dan kotor lisannya.”

Selain itu, dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman: "Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut. Mudah-mudahan ia sadar atau takut." (QS. Thaha: 44).

Jika kepada Fir'aun yang zalim sekalipun Allah menganjurkan kita untuk berbicara dengan lembut, apalagi kepada sesama Muslim yang sudah meminta maaf.

Kisah ini memberi pelajaran penting bagi kita: jangan bersikap arogan. Tidak perlu meladeni pertengkaran dengan orang-orang yang mengajak kita untuk bermusuhan. Sikap kita mencerminkan kehidupan kita di dunia ini, dan kelak di akhirat semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Yang Maha Adil.

Jagalah lisan dan sikap di mana pun kita berada -- baik di rumah, di tempat kerja, di jalan, di masjid, dan di tempat-tempat lainnya. Jangan terpancing oleh hinaan atau cercaan. Biarkan saja orang berkata apa, yang penting kita tetap menjaga akhlak. Ingatlah, mundur beberapa langkah hari ini mungkin adalah jalan menuju kemenangan yang lebih besar di masa depan.

Tidak perlu merasa hebat atau menyombongkan diri, karena sikap demikian hanya akan membawa kerugian, baik di dunia maupun di akhirat. Mari bersama-sama memperbaiki diri dan mengedepankan akhlak mulia dalam setiap tindakan kita.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama