Jaga Keseimbangan Iman Dan Amal Shalih

 

untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dandi akhirat, maka perlulah kita memiliki iman yang teguh dan amal shaleh, serta saling berpesan kepada kebenaran dan kesabaran. Iman ialah keyakinan teguh kepada Allah.

Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Tgk. H. FakhruddinLahmuddin, M.Pd, mengatakan, yang mesti diyakini sebagai orang yang berimanyaitu yakin kepada adanyakehidupan di akhirat. Inimerupakan perkara dalamIslam yang sudah final, bah-wa kita hidup bukan di dunia ini saja, melainkan kitaakan hidup di alam akhiratsetelah alam dunia ini. Terminal alam pertama adalahalam kematian, alam barzah, kemudian Allah akan membangkitkan kita setelah akhirat dan dikumpulkan padayaumil ma’sar, kemudian akan melewati jalan yang menentukan apakah masuksurga atau neraka. Ini sudah final berdasarkan Al-Quran dan hadis.

Ketika perkara ini adalahyang harus kita yakini, makadi berbagai ayat dan hadisterdapat pemahaman bahwahidup di dunia ini sementara, bahkan Nabi memberikan gambaran bahwa umur umatku itu rata-rata antara60 hingga 70 tahun, adayang kurang atau lebih. Itulah kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan di akhirat. Kehidupan akhirat para ulama katakan, dunia ini adalah darul ‘amal, bukan daruljaza’, yaitu tempat beramal, bukan tempat menerimabalasan. Sementara akhiratadalah tempat menerimabalasan atas amal yang kita lakukan di dunia. Oleh karena itu, di akhirat nanti, kita hanya menerima balasan dantidak ada lagi kesempatan untuk beramal.

Karena dunia ini hanyasementara, sementara kehidupan yang abadi ada diakhirat, maka diingatkanuntuk memanfaatkan kehidupan di dunia ini agarbisa meraih kebahagiaan yang abadi, bukan justru ke-balikannya. Banyak orang lebih banyak mementingkan dunia yang tampak ini dengan mata, sementara akhirat harus diyakini dengan pendekatan iman. Orang yang cerdas adalah orang yangmengutamakan kehidupan akhirat yang selama-lamanya, daripada kehidupan dunia yang hanyasesaat.

Bukan kebalikannya, mengutamakan dunia dengan mengorban-kan akhirat, yang artinya melanggar ketentuan-ketentuan Allah dan perintah-Nya, untuk meraih dunia yang hanya sementara. Dan orang yang seperti ini akan mendapatkan konsekuensi akibat tidak patuh kepada Allah, yaitu dengan azab di akhirat. Ini yang kurang disadari oleh banyak orang. Maka seyogyanya, kitasemua memanfaatkan kehidupan didunia ini untuk bisa meraih kebahagiaan yang abadi di akhirat.

Kehidupan di akhirat ini harus menjadi tujuan semua orang yangberiman, dengan memanfaatkan kehidupan di dunia ini untuk amal shaleh, mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya.

Menurut Wakil Dekan Kemaha-siswaan dan Kemitraan FMIPA Universitas Syiah Kuala (USK) Islam berasal dari kata “Aslama”, yang salah satunya berarti menyerahkan diri. Jadi, orang Islam adalah orangyang menyerahkan dirinya kepada Allah untuk diatur oleh Allah. Manusia tidak diberikan cukup potensioleh Allah untuk mengatur segalanya, bahkan hanya untuk mengatur hidupnya sendiri. Maka, ketika Al-lah menurunkan manusia ke bumi, Allah langsung menyertainya dengan petunjuk hidup (hidayah) (Al-Baqarah 38). Hidayah ini dijaminakan membuat siapa saja yang mau mengikuti petunjuk-Nya bebas dari ketakutan dan kesedihan sepanjang hidupnya. Sebaliknya (Al-Baqarah39), hidupnya akan kacau balau jikakeluar dari petunjuk tersebut.

Maka, jika ditanya apa langkahkonkrit dalam merencanakan hidup,jawabannya adalah membaca Al-Quran, karena di sana telah tersedia jalan yang jelas. Pilihannya hanyadua. ini juga menjelaskan adanya kesalahan besar dalam pemahaman orang-orang ketika membicarakan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Mereka cenderung membuatdikotomi yang memberi batas antara keduanya, seolah dunia tidak bisa dikonversi ke akhirat, atau sebaliknya, orang yang berorientasi akhirat akan kehilangan kesenangan dunia.

Jika membaca surat Adz-Dzariat 56, maka kita akan paham bahwa satu-satunya tujuan diciptakannya manusia adalah untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah SWT. Jadi, tak ada kesempatan untuk keluar dari tujuan ini, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

“Namun hal ini tidak berartibahwa kita tidak boleh sekolah, bekerja, atau bermuamalah. Sebaliknya,semua itu dilakukan dengan orientasi untuk mencari Ridha Allah,” ujar Dosen jurusan Kimia FMIPA USK.

Ustadz Ilham Maulana juga mengatakan bahwa keseimbangan terbaik untuk dunia dan akhirat diaturdalam surat Al-Qasas 77, yang tetapsaja memberikan penekanan utama pada akhirat. Islam adalah agama yang memudahkan hidup manusia (ujung Al-Baqarah 185). Oleh karenaitu, manusia yang hidup sesuai dengan garis Islam akan merasa nyaman,baik di dunia maupun di hari akhir.Ini bukan tentang fasilitas-fasilitas yang tampak seperti harta, jabatan, pangkat, dan sebagainya, karena faktanya, semua ini tidak serta merta memberikan kenyamanan dan kebahagiaan. Kebahagiaan yang hakiki berasal dari dalam diri seseorang.

“Sekilas terkesan klise, namun banyak orang yang telah sepenuhnya mematuhi ajaran Islam, memancarkan semangat kebahagiaan inidari wajah mereka,” katanya.

Menurut Drs. Tgk H. Ameer Hamzah, M.Si, untuk menjalani kehidupan di dunia agar selamat di akhirat, setiap orang harus berpedoman pada Al-Quran dan Hadis, menjalan-kan perintah Allah dan Rasul-Nyaserta menjauhi larangan-Nya. Tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.“

Untuk itu, carilah rezeki yang halal, karena dengan rezeki halal yangdikonsumsi, tubuh kita akan terbangun dari darah, tulang, dan daging yangbaik dan berkah, yang menghasilkan energi dan emosi positif,” katanya. Setiap manusia juga harus bersikap qanaah, ikhlas, menguatkan takwa kepada Allah, bersabar den-gan setiap ujian yang Allah berikan,dan selalu bersyukur.

Ustadz Ameer menambahkan,agama akan menjamin kebahagiaan setiap orang, baik di dunia maupundi akhirat, dengan selalu ikhlas terhadap apa pun yang dijalani dalam kehidupan ini. Ikhlas dalam berbagai hal, seperti beribadah, bersedekah, dan sebagainya. Keikhlasan membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat, serta menjadi kunci menjalani kehidupan dunia yang… (eriza)

 

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama