Dr. Ir.H. Basri A. Bakar, M.Si
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan minta ampunlah kepada-Nya, sesungguhnya aku ini bertaubat 100 kali dalam sehari.” (HR. Muslim)
Sebagai manusia, setiap kita pasti pernah berbuat salah, baik itu orang awam maupun orang yang berilmu, termasuk di dalamnya ustadz, da'i, pendidik, kyai, bahkan ulama sekalipun. Karena itu, tidak ada seorang pun yang lepas dari kebutuhan untuk selalu beristighfar (memohon ampun) dan bertaubat kepada Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan, "Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan minta ampunlah kepada-Nya, sesungguhnya aku ini bertaubat 100 kali dalam sehari." Ini menunjukkan betapa pentingnya bertaubat dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali bagi Rasulullah SAW yang merupakan manusia paling mulia.
Pintu taubat senantiasa terbuka lebar, tanpa ada kata terlambat, hingga matahari terbit dari barat. Sebagaimana hadits dari Abu Musa ‘Abdullah bin Qais Al Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Allah membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga matahari terbit dari barat” (HR. Muslim). Ini menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah, yang selalu menerima taubat hamba-Nya, kapan saja mereka berniat untuk kembali kepada-Nya.
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa para ulama sepakat bahwa taubat itu wajib dilakukan segera, tanpa menunda, baik untuk dosa kecil maupun dosa besar. Taubat yang diterima memiliki tiga syarat utama, yaitu: meninggalkan perbuatan dosa, menyesal atas dosa tersebut, dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak-hak manusia, maka ada syarat tambahan, yaitu mengembalikan hak tersebut kepada yang berhak. Penyesalan adalah rukun taubat yang paling utama, karena tanpa penyesalan yang tulus, taubat tidak akan diterima.
Oleh karena itu, kita tidak boleh menunda-nunda taubat, karena kita tidak tahu kapan ajal akan datang menjemput. Menyegerakan taubat berarti segera berbalik kepada Allah dengan penyesalan yang tulus, memohon ampunan-Nya, dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut. Taubat yang diterima adalah taubat yang datang dari hati yang ikhlas, dan Allah tidak akan mengabaikan hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya.
Marilah kita memperbaiki diri dan tidak menunda-nunda taubat, karena kita tidak tahu kapan waktu yang tepat akan datang. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk bertaubat dan menjadi hamba yang lebih baik di sisi Allah.