Manfaatkan Waktu Sebaik Mungkin

 

Banda Aceh (Gema) -- Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Jika tidak, waktu akan berlalu begitu saja dan tidak akan pernah kembali.

Ustaz Drs. H. Ameer Hamzah, M.Si  menyampaikan hal itu dalam Ceramah Subuh di Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh, Kamis, (2/1/2025). 

Ia mengingatkan, dalam kehidupan ini, waktu sesungguhnya hanya terdiri dari tujuh hari, yaitu Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu.

Ia menegaskan, waktu harus digunakan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Meskipun Allah juga menciptakan jin dan setan yang senantiasa berusaha menggoda manusia, kita harus tetap teguh dalam ketaatan.

Dalam pepatah Arab disebutkan bahwa: "Waktu itu ibarat pedang, jika engkau tidak menggunakannya, maka ia akan menebasmu." Pesan ini menjadi pengingat bahwa menyia-nyiakan waktu akan membawa kerugian.

“Para remaja dan pemuda perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Selesaikan pendidikan tepat waktu agar bisa segera berkontribusi dalam pekerjaan dan masyarakat,” harapnya.

Ameer meminta umat Islam tidak menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti bermain batu domino atau kartu, yang dapat melalaikan dari kewajiban ibadah. Perbuatan tersebut hanya akan merugikan diri sendiri.

Ia juga menyampaikan kisah sahabat Rasulullah SAW, Muawiyah bin Abu Sufyan, pendiri Dinasti Umayyah. Beliau dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an yang tegas dalam menegakkan ajaran agama dan sangat menjaga waktunya dalam beribadah.

Ameer mengutip syair Abu Nawas yang terkenal cerdas dan licik, namun penuh hikmah: "Aku tahu bahwa umurku terus bertambah, namun ibadahku masih biasa-biasa saja. Sungguh, ajal semakin mendekat, dan aku sadar akan hal itu."

“Kisah ini menjadi bahan renungan bagi kita semua untuk tidak menunda ibadah dan memperbaiki diri selagi masih diberi kesempatan hidup,” pungkasnya.

Perencanaan keuangan

Sementara itu, pencaramah lainnya Prof. Dr. H. Mohd. Yasir Yusuf, MA  menyampaikan ceramah Shubuh dengan topik Perencanaan Keuangan dalam Ekonomi Islam di MRB, Rabu (1/1/ 2025).

Prof Yasir memulai ceramah dengan mengutip firman Allah dalam Surah Al-Hasyr ayat 18: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah."

Ayat ini menjadi landasan utama dalam merencanakan masa depan, baik untuk urusan dunia maupun akhirat.

“Sebagai orang beriman, kita dituntut untuk memperhatikan dan merencanakan kehidupan kita dengan mematuhi apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya. Perencanaan ini mencakup berbagai aspek, termasuk ibadah, pekerjaan, dan kehidupan sosial,” ungkapnya.

Menurut Prof Yasir, dalam mencari rezeki, perlu berusaha secara maksimal, diiringi dengan doa, dan menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah SWT. Inilah bentuk tawakal yang sejati dalam ajaran Islam.

Ia mengingatkan pentingnya berdoa agar diberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan membaca: "Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah waqina 'azaban nar."

Doa ini mencerminkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.

Prof Yasir menguraikan empat kriteria kebahagiaan berdasarkan bersabda sabda Rasulullah SAW, pertama, memiliki keluarga yang sakinah. Kedua, memiliki rumah yang luas. Ketiga, memiliki kendaraan yang nyaman dan keempat, memiliki tetangga yang baik dan harmonis.

Selanjutnya ia mengatakan, dalam perencanaan keuangan, seorang muslim harus hemat dan menggunakan harta sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan semata.

“Keuangan perlu direncanakan dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk masa depan, termasuk untuk biaya kesehatan dan kebutuhan mendesak. “Jagalah kesehatan karena kesehatan adalah investasi yang berharga,” ujarnya.

Prof Yasir juga meminta sebagian rezeki harus disisihkan untuk zakat mal, zakat fitrah, dan sedekah. Dengan berwakaf, pahala wakaf akan terus mengalir meskipun manusia telah tiada.

“Contoh perencanaan keuangan, kisah Nabi Yusuf AS dalam Surah Yusuf ayat 47. Nabi Yusuf mengajarkan perlu menyimpan hasil panen di masa surplus untuk menghadapi musim paceklik yang akan datang. Kisah ini menjadi pelajaran berharga dalam mengelola keuangan dan sumber daya,” pungkasnya. - Sayed/Darmawan

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama