MENYIKAPI UJIAN ALLAH SWT

 

oleh Dr. Tgk. H. Badrul Munir, LC, MA,

Hidup di dunia ini tidak bisa lepas dari cobaan dan ujian, cobaan merupakan Sunnatullah (ketetapan Allah) dalam kehidupan yang tidak akan bisa berubah. Bahkan salah satu tujuan Allah menciptakan manusia, menghidupkan dan mematikannya adalah untuk menguji siapa di antara mereka yang terbaik amalannya ketika hidup di dunia. Firman Allah: “(Allah) yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” [Al-Mulk/67:2]. Manusia akan diuji dengan segala sesuatu, baik dengan hal-hal yang disenanginya dan disukainya maupun dengan berbagai hal yang dibenci dan tidak disukainya. “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.” [Al-Anbiyaa’/21:35]. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (Al-Baqarah: 155-157)

Kualitas Iman

Ujian dan cobaan dalam kehidupan merupakan barometer keimanan seseorang. Kita tidak dibiarkan mengklaim beriman sementara kita belum diuji. “Apakah manusia menduga bahwa mereka dibiarkan mengatakan ‘kami beriman’ sementara mereka belum diuji?” (QS. Al-Ankabut[29]:2). “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian.” (QS. Al Baqarah : 214)

Ujian itu salah satu hikmahnya adalah untuk menentukan derajat iman seseorang, dan Allah memuliakan manusia dengan ujian, sesuai dengan kadar imannya. Semakin tinggi imannya, semakin tinggi cobaannya, maka Allah uji kita sesuai kadar iman kita. Ketika ditanya siapa manusia yang paling berat cobaannya? Rasul Menjawab: “Orang yang paling berat ujiannya itu para Nabi, kemudian yang dibawah mereka dan seterusnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Kita tahu para Nabi adalah hamba-hamba yang dicintai Allah, hamba-hamba yang dekat dengan Allah, tetapi mereka juga menjalani ujian yang sangat berat. Artinya semakin tinggi iman kita makin berat ujian. Bagaimana Nabi Muhammad  di awal dakwah dizalimi oleh penduduk Mekah, lalu diusir dari mekkah bahkan akan dibunuh. Bagaimana perilaku penduduk Thaif yang menyakiti nabi hingga tega melempari beliau dengan batu dan kotoran hewan. Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya Nabi Allah Yahya.

Betapa banyak para Sahabat Nabi, ulama besar dan orang saleh terdahulu yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan. terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rasyidin, terbunuhnya Al Husain Cucu Rasul, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir. Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga meninggal dunia dalam penjara, Imam Malik yang dicambuk dan tangannya ditarik, Imam Syafi'i pernah dipenjara, kedua kaki dan tangannya dirantai, lalu dipukul dengan rotan. Begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup dan masih banyak kisah lainnya.

Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridha, maka Allah pun ridha. Dan barangsiapa murka (tidak senang) pada cobaan tersebut, maka baginya murka Allah.” (HR. At-Turmudzi, Ibnu Majah)

Dibalik Kesulitan Ada Kemudahan

Seorang mukmin ketika diuji oleh Allah SWT, jangan dia berburuk sangka, marah, menggugat Allah. Inilah yang patut dipahami setiap insan beriman. Bahwa cobaan kadang dapat meninggikan derajat seorang muslim dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya. Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda keimanan dan kesempurnaan tauhidnya. Ganjaran bersabar sangat luar biasa. Ingatlah janji Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar pahala bagi mereka tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga dan tidak terbatas.

Introspeksi Diri

Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita perbuat, baik dosa besar, maupun maksiat dan kemungkaran lainnya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30).

Semoga Allah memberi taufik, kekuatan, ketegaran dan ketabahan kepada kita dalam menghadapi setiap cobaan.

 

Khatib Dosen Fak. Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama