Setiap tahunnya Masjid Raya Baiturrahman selalu mengadakan ceramah dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Seperti yang baru saja digelar pada Minggu malam kemarin (15/9). Pemerintah Aceh melalui Dinas Syariat Islam menghadirkan Pimpinan Pesantren Tgk Chiek Oemar Diyan Ustad Fakhruddin Lahmuddin MA dengan judul ceramah 'Kecintaan Ummat Akhir Zaman Kepada Kekasih Allah'. Dalam ceramahnya Ustad Fakhruddin Lahmuddin MA mengatakan kewajiban mencintai Rasulullah Muhammad SAW adalah Fardhu’ain bagi setiap yang beriman. Belum sempurna iman seseorang sebelum menempatkan rasa cinta kepada Rasulullah diatas cintanya kepada yang lain. Mengenang hari kelahiran Rasulullah adalah bentuk dari ekspresi manifestasi mencintai Rasulullah. Adapun esensi mencintai Rasulullah Muhamamd SAW adalah dengan mengamalkan ajaran-ajaran Rasulullah Muhammad SAW dalam kehidupan. Rasulullah telah menghbiskankan energinya dalam mengeluarkan manusia dari kehidupan tertindas ke kehidupan yang berada di atas asas keadilan. Tugas Rasul telah selesai menyampaikan dan mencotohkannya, maka tugas ummatnya adalah mengamalkan dan menaati segala ajarannya dalam segala aspek. Maka sudah seharusnya selaku ummat Nabi Muhammad SAW menjadikan sifat dan perilaku Rasulullah sebagai pedoman dalam kehidupannya agar selamat dunia dan juga akhirat.
Di lain kesempatan, penceramah MRB ustadz Dr Samsul Bahri MA kepada Gema mengatakan Rasulullah membangun negeri sejak hijrah ke Yatsrib (Madinah). Ada tiga hal yang menjadi prioritas pembangunan Beliau yang bisa diteladani. Pertama, membangun persaudaraan seluruh umat, terutama memperakrab dan mempererat hubungan antar dua bangsa; orang Mekah (muhajirin) dengan orang Madinah (Anshar). Beragam tradisi, adat, kebiasaan, karakter, identitas dan sebagainya. Persaudaraan antar dua bangsa ini menjadi salah satu fondasi kekuatan bersama dalam membangun negara Madinah. Kedua, membangun masjid sebagai tempat ibadah sekaligus sentra pendidikan, dakwah dan pusat peradaban. Di masjid, Beliau mendidik karakter umat, ketrampilan mereka, serta segala sesuatu yang menjadi modal agama, sosial dan budaya bagi sebuah negara baru yang dikenal dengan Negara Madinah. Ketiga, Rasulullah membangun pasar sebagai pusat transaksi antar bangsa. Sebelumnya, di Madinah hanya ada pasar Yahudi dan dikendalikan para oligarkhi dan pemilik modal. Banyak kecurangan dan kesewenang-wenangan terjadi di pasar seperti permainan harga, monopoli, curang dalam takaran/timbangan, penipuan standar mutu atau harga, riba dan lainnya. Orang-orang Yahudi sangat kaya dan bisa mempengaruhi atau setidaknya mewarnai berbagai kebijakan penguasa setempat. Setelah Rasulullah membangun pasar, kaum muslimin dianjurkan untuk bertransaksi di pasar tersebut. Pasar Yahudi mulai lumpuh karena warga merasa lebih nyaman dan merasa beruntung jika berjualan atau berbelanja di pasar kaum muslimin yang menjunjung tinggi nilai kejujuran, persaudaraan dan egalitarianisme antar warga. Para pedagang muslim menjadi kaya raya setelah beraktivitas di pasar yang dibangun oleh Rasulullah. Mereka akhirnya menjadi para donatur untuk berbagai kepentingan umat.
Peran di atas sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah semestinya dilaksanakan oleh para pemimpin. Pemimpin mesti mempunyai visi dan orientasi kepemimpinannya untuk mensejahterakan umat, bukan memperkaya diri, keluarga dan kelompok/partainya. Jika seorang pemimpin menjabat selama 5 tahun, maka seusai masa jabatan tersebut, mesti dihitung ulang pertambahan kekayaan selama menjabat.
“Jika terjadi pelilatgandaan kekayaan, maka dicoba bandingkan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Apabila pemimpin selama 5 tahun menjadi orang kaya raya, sementara warga tetap miskin dan sengsara, jangan ragu lagi untuk mendeklarasikan bahwa pemimpin tersebut adalah pengkhianat bangsa” Tegas Ustadz Samsul
Hal serupa juga disampaikan oleh penceramah MRB lainnya yaitu Ustadz H. Mursalin Basyah, Lc.,M.Ag , Karena pentingnya kecintaan pada negeri ini, Rasulullah SAW sebagai sosok pribadi yang tidak lepas dari cintanya kepada negeri, telah memberikan contoh. Beliau mengajarkan kepada umatnya bagaimana kecintaannya kepada negeri dan kampung halaman Mekkah sebagai tanah kelahirannya, ketika hidup dalam kondisi susah maupun dalam kondisi senang.
“Mencintai negeri tempat kita menetap hari ini adalah salah satu ajaran penting dalam Islam, dan Rasulullah telah memberikan keteladanan kepada kita bagaimana beliau mencintai Mekkah. Meskipun Rasulullah hidup dalam kesulitan dan diusir dari Mekkah oleh kafir Quraisy sehingga harus hijrah ke Madinah, tapi beliau sangat mencintai Mekkah,” ujar Ustaz Mursalin
“Dari sini jelas, cinta pada negeri bukanlah fanatisme berlebihan. Bukan berarti seolah-olah cinta negeri itu fanatik buta kepada negeri sendiri lalu mengabaikan atau bahkan merendahkan negeri lain,” ujar Mursalin.
“Cinta negeri adalah tentang pentingnya manusia memiliki tempat tinggal yang memberinya kenyamanan dan perlindungan. Cinta negeri juga tentang kemerdekaan dan kedaulatan. Sehingga siapa pun yang berusaha menjajah atau mengusir dari tanah tersebut. Islam mengajarkan untuk melakukan pembelaan. Ketika kondisi aman, mencintai tanah air adalah sebuah hal wajar, bahkan sangat dianjurkan,” terangnya. Lizayana M Zain