Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?, Dan sesungguhnya kami telah menguji orang- orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahuiorang-orang yang dusta”. (Q.S. Al-Ankabut ayat 1-3).
Keimanan adalah fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Keyakinan kepada Allah dan segala ajaran-Nya menjadi penuntun dalam setiap aspek kehidupan. Namun, memiliki keimanan bukanlah hal yang cukup diucapkan secara lisan tanpaadanya pembuktian. Sebagaimana yang diingatkan dalam AlQur'an, Allah menegaskan bahwa setiaporang yang mengaku beriman pasti akan diuji. Ujian keimanan ini hadir dalam berbagai bentuk untukmengukur sejauh mana keimanan seseorang kepada-Nya.
Keimanan yang sejati tidaklah cukup seseorang hanya mengatakan "Kami telah beriman," tanpa mereka diuji. Ujian ini bertujuan untuk membedakan antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan mereka yang hanya berpura-pura. Dengan katalain, ujian keimanan adalah sarana bagi Allah untuk menguji kebenaran hati seseorang serta untuk menyingkap kejujuran atau kepalsuan dalam keyakinan mereka. Ujian yang dihadapi oleh orang-orang beriman dapat datang dalam berbagai bentuk: kesulitan hidup, kehilangan harta benda, penyakit, atau bahkan cobaan dari orang-orang di sekitar mereka. Seperti halnya ujian yang dihadapi oleh para Nabi dan orang-orang saleh terdahulu, cobaan ini adalah cara bagi Allah untuk memurnikan hati dan memperkuat keimanan. Bagi mereka yang mampu menghadapiujian dengan sabar dan tawakal, Allah menjanjikanpahala yang besar dan peningkatan derajat di sisi-Nya.
Namun, ujian keimanan bukan hanya datangdalam bentuk kesulitan. Kesenangan dan keberhasilan juga dapat menjadi ujian yang lebih sulit. Dalamkondisi ini, seseorang diuji apakah ia tetap bersyukurkepada Allah dan tidak menjadi sombong atau lalai. Oleh karena itu, kesuksesan duniawi harus disikapi dengan hati-hati agar tidak menggerus keimanan seseorang. Ujian keimanan memiliki hikmah yangmendalam. Pertama, ujian tersebut adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Allah ingin setiap hamba yang beriman tumbuhmenjadi pribadi yang lebih kuatdan lebih dekat kepada-Nya. Kedua, ujian memberikan kesempatan kepada seorang Muslim untuk introspeksi diri, memperbaiki kesalahan, dan meningkatkan kualitas ibadahnya. Ketiga, ujian jugamendekatkan seorang hamba kepadapahala dan ampunan Allah, jikaia bersabar dan tetap teguh dalam iman.
Dengan demikian, ujian keimanan bukanlah bentuk penderitaan tanpa tujuan. Sebaliknya, ia adalahb agian penting dari perjalanan spiritual seorang Muslim. Melalui ujian ini, keimanan seseorang tidak hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata. Orang yangberhasil melalui ujian-ujian ini dengan ketabahan dan keteguhan hatiakan mendapatkan ganjaran yang besar di dunia dan akhirat, serta meraih keridhaan Allah yang merupakan tujuan tertinggi setiap orang beriman. Wallahu a’lam bish-shawab.