Kini sekitar 282 juta rakyat Indonesia memiliki wakil rakyat yang baru di DPR RI. Sebagian anggota DPR wajah baru yang dilantik pada Selasa, 1 Oktober 2024 meliputi 580 anggota DPR dan 152 anggota DPD periode 2024-2029 di Gedung DPR Senayan, Jakarta. Dari total jumlah anggota DPR yang dilantik, sebagian diisi oleh wajah-wajah lama yakni 370 yang kembali menduduki kursi legislatif dan 210 adalah pendatang baru alias non-petahana.
Dari aspek agama, mereka yang berkantor di Senayan sudah takdir atau sudah tersebutkan sejak kandungan. Yang belum terpilih masih ada harapan lima tahun lagi. Timses dari caleg yang dulu berbeda pilihan caleg, sekarang sudah bisa sama-sama jep kopi satu meja. Politik itu sesaat, persahabatan selama.
Sejalan dengan pelantikan di level nasional, rakyat Aceh lebih duluan menyaksikan pelantikan anggota DPR Aceh di Banda Aceh pada Senin, 30 September 2024 yakni melantik 76 dari 81 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) periode 2024-2029 yang terpilih pada Pemilu 2024. Lima tidak dikukuhkan karena mengikuti Pilkada.
Dua pelantikan wakil rakyat di Aceh dan Jakarta tetap di bawah sumpah Quran. artinya mereka siap menjalankan Amanah di parlemen dan juga bertanggung jawab dari dunia hingga ke kiamat. Sumpah diucapkan di dunia hingga dipertanyakan pada hari Pengadilan Akhirat ketika tidak ada lagi pengacara atau pihak mana pun yang bisa dijadikan pengacara. Hanya amal-amal baik yang menjadi pembela manusia.
Memilih anggota dewan dengan cara melalui satu orang satu suara bukan cara menurut Islam. Dengan cara demikian, nilai pilihan suara penipu, koruptor, dan sebagainya adalah sama dengan nilai suara seorang ulama. Yang dihitung adalah tusukan suara pada selembar suara. Pemilih sangat besar kemungkinan memilih anggota dewan karena diancam, dipaksa, disuap dengan uang atau sembako dan sebagainya.
Menurut Islam, memilih wakil warga melalui musyawarah sehingga hasilnya terpilih warga yang alim, cerdas, amanah, jujur, dan sebagainya. sehingga mampu menjalankan amanah di pemerintahan. Tak pelak, demokrasi ala barat di Indonesia telah menghasilkan ragam pernak-pernik seperti suami istri atau anak jadi anggota dewan. Warga tidak tahu rekam jejak anggota yang dipilih tersebut.
Karena itu, sekitar ratusan rakyat Indonesia secara umum dan sekitar 5 juta rakyat Aceh menaruh harapan kepada wakil-wakilnya untuk memenuhi janji-janji yang diucapkan selamat kampanye. Janji adalah utang yang harus ditunaikan. Selesaikan undang-undang atau peraturan yang memihak kepada rakyat jelata. Menjadi anggota dewan bukan sekadar pengabdian. Ada hek ada hak, demikian kata endatu kita. Lima tahun jadi anggota dewan dibalas dengan uang pensiun Rp2-3 juta/bulan.
Menutup warkah ini, penulis kutip lirik Surat Buat Wakil Rakyat karya Iwan Fals: Untukmu yang duduk sambil diskusi//Untukmu yang biasa bersafari. Di sana, di gedung DPR// Wakil rakyat kumpulan orang hebat// Bukan kumpulan teman teman dekat//Apalagi sanak famili//Di hati dan lidahmu kami berharap// Suara kami tolong dengar lalu sampaikan//Jangan ragu, jangan takut karang menghadang//Bicaralah yang lantang, jangan hanya diam//Di kantong safarimu kami titipkan//Masa depan kami dan negeri ini//Dari Sabang Sampai Merauke//Saudara dipilih bukan dilotre//Meski kami tak kenal siapa saudara Kami tak sudi memilih para juara//Juara diam, juara "he-eh" juara "hahaha" [Murizal Hamzah]