Salah satu peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi pada bulan Rajab adalah Isra Mi’raj Rasulullah Muhammad SAW, sebuah perjalanan luar biasa yang penuh dengan hikmah dan pelajaran. Isra Mi’raj merupakan mukjizat yang dianugerahkan Allah SWT kepada Rasulullah sebagai bukti kebenaran risalah beliau.
Dalam suatu kesempatan, penceramah Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Dr Samsul Bahri MA menjelaskan, Isra Mi’raj memiliki berbagai tujuan, di antaranya untuk menghibur dan menguatkan semangat Rasulullah dalam memperjuangkan Islam. Rasulullah pernah mengalami kesedihan mendalam akibat wafatnya dua sosok penting dalam hidupnya, yaitu istri beliau, Khadijah binti Khuwailid, dan paman beliau, Abu Thalib. Keduanya memiliki peran besar dalam mendukung dakwah Rasulullah, baik secara material maupun moral.
Kesedihan beliau semakin mendalam karena Abu Thalib wafat dalam keadaan belum beriman. Dalam kondisi seperti itu, Allah SWT menghibur dan menguatkan semangat Rasulullah dengan peristiwa Isra Mi’raj. Peristiwa ini juga bertujuan memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah dan menjemput perintah shalat lima waktu, yang menjadi ibadah utama umat Islam.
Lebih lanjut, Samsul Bahri menegaskan, shalat lima waktu memiliki kedudukan yang sangat istimewa. “Karena perintah shalat harus dijemput langsung melalui peristiwa Isra Mi’raj, hal ini menunjukkan, tidak ada ajaran dalam Islam yang lebih utama dan tinggi kedudukannya dibandingkan shalat lima waktu,” pungkasnya.
Pembekalan Kepemimpinan
Widyaiswara Ahli Utama pada Puslatbang KHAN LAN RI, Ir Faizal Adriansyah MSi, menambahkan, peristiwa Isra Mi’raj memiliki banyak hikmah, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Dari sudut pandang kepemimpinan, Isra Mi’raj merupakan proses pembekalan bagi Rasulullah yang kelak akan menjadi pemimpin di Madinah. Berbagai tempat yang disinggahi dalam perjalanan tersebut, seperti Bukit Thursina, Madyan, dan Betlehem, memberikan wawasan penting bagi kepemimpinan Rasulullah.
Dialog Rasulullah dengan Nabi Musa juga menggambarkan betapa pentingnya seorang pemimpin belajar dari pemimpin sebelumnya. Selain itu, ketika Rasulullah menjadi imam bagi seluruh nabi dan rasul di Masjidil Aqsa, hal ini memiliki makna simbolis bahwa kepemimpinan agama telah diserahkan kepada beliau dan umat Islam.
Peristiwa ini menjadi awal dari upaya strategis Rasulullah dalam membebaskan Masjidil Aqsa, yang kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar dengan mengirim pasukan ke Syam, dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis dari kekuasaan Bizantium.
Dari sudut sains dan teknologi, Isra Mi’raj memberikan pesan peradaban masa depan. Keberadaan Buraq sebagai alat transportasi cepat, pembedahan dada Rasulullah sebagai cerminan kemajuan dunia medis, dan bagaimana Allah memperlihatkan Baitul Maqdis kepada Rasulullah saat berdialog dengan kaum kafir sebagai gambaran teknologi informasi canggih, menunjukkan Islam memiliki landasan kuat dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut Faizal Adriansyah, yang paling penting dari semua hikmah ini, bagaimana umat Islam mengaplikasikan pelajaran yang diperoleh dari peristiwa Isra Mi’raj. “Puncak Isra Mi’raj adalah hadiah berupa perintah shalat lima waktu, yang menjadi penghubung seorang hamba dengan Tuhannya. Rasulullah bersabda, shalat adalah mi’rajnya orang beriman. Shalat tidak hanya berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah (habluminallah), tetapi juga mengandung nilai sosial (habluminannas),” ungkapnya.
Shalat mengajarkan kedisiplinan, kepemimpinan, dan kebersamaan, sebagaimana dalam shalat berjamaah. Gerakan shalat yang dinamis mengajarkan umat Islam untuk terus bergerak dan bangkit dari keterpurukan, sedangkan salam di akhir shalat merupakan simbol ajaran Islam yang menebarkan perdamaian. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 45, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
Tolok Ukur Keimanan
Dari sudut pandang yang berbeda, Wakil Imam Besar MRB, Munawir Darwis Lc MA, menjelaskan, bagi orang-orang beriman, Isra Mi’raj tidak sekadar peristiwa perjalanan Rasulullah hingga Sidratul Muntaha. Peristiwa ini juga menjadi standar menguji keimanan seseorang kepada Allah SWT, terutama saat Nabi Muhammad SAW menyampaikan kisah ini kepada para sahabat.
Isra Mi’raj menekankan pentingnya keimanan kepada hal-hal gaib, seperti keberadaan malaikat, Sidratul Muntaha, dan kebesaran Allah yang melampaui logika manusia. “Dengan merenungi peristiwa Isra Mi’raj, kita diajak semakin memperkokoh keyakinan kepada kebesaran Allah dan memahami segala sesuatu yang datang dari-Nya memiliki tujuan baik,” imbuhnya.
Isra Mi’raj juga mengajarkan, tidak semua hal di dunia ini harus bisa diindera atau dijelaskan dengan logika. Ada banyak keajaiban yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, yang mungkin sulit dijangkau oleh akal manusia. Keyakinan ini penting untuk membangun ketenangan jiwa dan kesempurnaan iman seorang Muslim.
Jadi peristiwa Isra Mi’raj menjadi bukti kebesaran Allah SWT dan menjadi banyak pelajaran bagi umat Islam, baik dari segi spiritual, kepemimpinan, maupun ilmu pengetahuan. Shalat sebagai hadiah utama dari peristiwa ini tentu harus dijadikan prioritas dalam kehidupan sehari-hari, karena merupakan sarana utama bagi seorang hamba berkomunikasi dengan Allah SWT.
Selain itu, Isra Mi’raj juga mengajarkan pentingnya keimanan kepada hal-hal gaib, dan bagaimana seorang pemimpin harus memiliki wawasan luas, strategi yang matang, dan kesiapan dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan memahami dan mengamalkan hikmah dari peristiwa ini, umat Islam dapat membangun peradaban yang lebih maju dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. - Lizayana