Pemimpin Harus Bersikap Terbuka

Muharrir Asy’ary

Banda Aceh (Gema) -- Seorang pemimpin hendaknya bersikap terbuka terhadap kritik dan teguran dari rakyatnya. Jangan marah ketika dikoreksi, tetapi lakukan introspeksi dan perbaikan jika teguran itu benar adanya. Dalam menerima informasi, pemimpin juga harus melakukan tabayun (klarifikasi) agar tidak terjebak dalam berita bohong atau fitnah.

Ustaz Dr KH Muharrir Asy’ary Lc MAg menyampaikan hal itu dalam ceramah shubuh di  Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Sabtu, (25/1/2025).  Menurutnya, hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin memiliki dasar kuat dalam Al-Qur'an dan hadis, diantaranya Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain dijelaskan, setiap individu memiliki peran kepemimpinan, di antaranya, seorang suami sebagai kepala keluarga, seorang istri sebagai pemimpin dalam rumah tangga, dan anak-anak sebagai pemimpin dalam menjaga harta orang tua. “Seorang pembantu juga bertanggung jawab terhadap harta majikannya. Masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diemban,” tegasnya.

Ustaz Muharrir menjelaskan, secara umum, pemimpin terbagi dalam dua kategori, pertama, pemimpin yang beriman, yang menjalankan kepemimpinannya berdasarkan ajaran Islam, mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Kedua, pemimpin yang tidak beriman, yang seringkali tidak menjadikan nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam kepemimpinannya.

“Seorang pemimpin yang beriman akan senantiasa menjaga akidah, amal saleh, dan akhlak mulia dalam kepemimpinannya. Ia menegakkan keadilan, mengayomi rakyat, serta membimbing masyarakat menuju kebaikan,” ungkapnya.

Pada bagian lain, Ustaz Muharrir menyampaikan, seorang pemimpin diibaratkan seperti imam dalam shalat. Jika imam melakukan kesalahan, makmum mengingatkannya dengan mengucapkan "Subhanallah." Imam yang baik tidak akan marah, melainkan bersyukur atas koreksi yang diberikan agar ibadahnya sempurna.

“Rasulullah SAW dalam kepemimpinannya tidak pernah memandang umatnya sebagai bawahan, melainkan sebagai sahabat yang harus dibimbing dengan kasih sayang. Demikian pula kepemimpinan Khulafaur Rasyidin yang selalu berlandaskan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT,” tegasnya.

Ustaz Muharrir mengajak ummat Islam dapat memahami, bahwa kepemimpinan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. “Semoga kita semua dapat menjadi pemimpin yang adil dan bertanggung jawab dalam lingkup masing-masing,” harapnya. – Sayed MH/Darmawan

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama