Eriza M. Dahlan
Semarak hari kemerdekaan sudah terlihat dimana-mana bahkan sampai ke tempat orang jualan pun kemerdekaan itu menjadi perbincangan hangat. Ketika saya membeli ikan, terdengar penjual ikan dan pembeli membahas tentang kemerdekaan. Karena si ibu mengatakan dimana-mana sekarang terlihat semangat kemerdekaan dengan banyaknya bendera yang berkibar baik di jalan ataupun di gampong-gampong. Semua orang berjuang untuk merayakan hari kemerdekaan 17 Agustus.
“Tapi tidak semua merasakan kemerdekaan yang sebenarnya, memang benar bangsa kita sudah merdeka,” kata pak Agung yang juga ikut mendengarkan pembahasan tentang kemerdekaan.
“Maksudnya, pak? Kita sudah merdeka, merdeka dari penjajahan,” kata penjual ikan.
Saya memilih ikan sambil mendengar pembicaraan orang-orang yang membeli dan menjual ikan. Terdengar tawa dan candaan dari semuanya.
“Kita memang sudah merdeka dari penjajah, tetapi sebagian di luar sana ada yang belum merdeka, ada sebagian yang masih merasa lapar bahkan mereka tidak tahu apa itu merdeka, bagi mereka bisa mengisi perut saja sudah merdeka,” ucap Pak Agung yang menemani istrinya beli ikan.
“Benar juga kata bapak, mungkin dengan perut yang kosong mereka mendengarkan cerita indahnya cita-cita para pahlawan yang memerdekakan negara ini dari orang-orang, dengan perut menahan lapar, “ ucap saya karena geregetan ingin ikut mengeluarkan pendapat juga.
“Sebenarnya banyak orang mengartikan merdeka dengan berbagai hal yang berbeda, ada yang mengatakan kebebasan suatu individu tanpa ada gangguan dari orang lain dan sebagainya,” tambah saya lagi.
Semua terdiam jadi sibuk dengan menunggu ikan yang minta di bersihkan terus dan di potong-potong sama penjualnya agar pulang tidak capek bersihkan lagi.
“Situasi bangsa yang merdeka tidak membuat seluruh warga negara langsung menjadi pribadi yang merdeka. Masih banyak korupsi dan masih banyak orang yang bingung mencari sesuap nasi,” ujar pak Agung.
“Saat ini ada bentuk penjajahan baru, dia terdiam sunyi di dalam pribadi masyarakat yang menjadi ancaman bagi anak-anak kita,” tuturnya.
Anak-anak cemas dengan ujian nasional, muda mudi cemas dan banyak orang yang melakukan jalan pintas karena sulit mencari pekerjaan. Banyak pribadi yang tidak merdeka karena mereka terbelenggu oleh pikiran mereka.
“Sejatinya, kemerdekaan erat dengan pengalaman dicintai dan mencintai Allah. Dimana, tidak ada ketakutan karena ada harapan. Untuk menjadi pribadi yang merdeka, maka marilah kita mengisi hidup kita dengan perbuatan yang baik dan luhur,” pungkasnya.
Akhirnya pembicaraan berakhir dengan pulangnya pak Agung dan istrinya serta ibu yang pertama memulai pembicaraan tentang kemerdekaan. Saya mendapatkan bisa mengambil pelajaran dari pembicaraan tersebut. Seharusnya arti kemerdekaan bagi pribadi manusia bukan hanya sebagai pribadi yang bebas, tetapi pribadi yang utuh, punya keseimbangan budi pekerti dan ilmu. Kebebasan seharusnya juga menjadikan seseorang pribadi yang sadar akan kemampuan yang dimilikinya untuk membangun bangsa ini.