oleh : Dr. Ir.H. Basri A. Bakar, M.Si
“Barangsiapa yang beramal shaleh (kebajikan), baik laki-laki maupun perempuan dalam kondisi beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (QS. An Nahl: 97).
PIALA adalah simbol puncak prestasi dan kebahagiaan seseorang. Orang yang mendapat piala berarti orang yang berprestasi. Orang yang berprestasi pasti kondisi jiwanya dalam keadaan bahagia. Kalau begitu, jika ada piala dunia tentu saja harus ada piala akhirat. Bedanya, piala dunia hanya berlaku sementara selama masih mempertahankan prestasi atau hingga ajalnya, sedangkan piala akhirat berupa surga sebagai puncak kebahagiaan abadi yang tiada taranya yang diberikan bagi orang-orang yang taat kepada Allah SWT.
Piala dunia merupakan simbol dari puncak prestasi di dunia, berupa medali emas, perak atau perunggu sebagai hadiah pemenang dalam olahraga atau bidang prestasi lainnya. Sedangkan piala akhirat merupakan simbol puncak prestasi amalan di dunia untuk akhirat, berupa surga Allah SWT dengan aneka kenikmatannya.
Perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang saat ini berlangsung di Aceh dan Sumut mulai 8 – 20 September 2024 merupakan ajang empat tahunan yang disambut antusias oleh masyarakat. Untuk merebut medali emas, para atlet perlu berjuang keras dengan latihan rutin dan sungguh-sungguh. Artinya untuk mendapat juara tidak serta merta diperoleh begitu saja dengan latihan seadanya. Apalagi untuk mendapatkan piala akhirat, tentu perlu upaya yang ikhlas, tekun dan istiqamah dalam beribadah baik hablun min Allah (hubungan dengan Allah) maupun hablun min Annas (hubungan dengan manusia) bahkan hubungan dengan sesama mahkluk lainnya.
Yang kita sayangkan jika ada orang yang sangat mengejar piala dunia, tetapi lupa mengejar piala akhirat. Apalagi untuk mengikuti ajang olahraga tersebut sampai meninggalkan perintah Allah seperti shalat lima waktu. Biasanya saat Piala Dunia sepak bola yang sering berlangsung tengah malam bahkan dini hari, banyak penggemar bola rela begadang semalaman sehingga tidak terbangun waktu shalat subuh. Selain itu kesehatan badan terganggu, melalaikan tugas atau pekerjaan di siang hari. Lebih parah lagi jika dalam even olahraga terjadi perjudian, perkelahian bahkan hilangnya nyawa gara-gara fanatisme. Semoga ummat Islam mampu menilai dengan akal sehat sehingga ajang olah raga bukan menyebabkan semakin menjauhkan dirinya dengan Rabb.