Dr. Ir.H. Basri A. Bakar, M.Si
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)
Secara terminologi, kata “al – uswah” berarti orang yang ditiru. Sedangkan hasanah berarti baik. Dengan demikian uswatun hasanah adalah contoh yang baik, kebaikan yang ditiru atau suri tauladan (yang baik). Uswatun hasanah adalah istilah yang merujuk kepada perilaku dan akhlak yang baik, yang seharusnya dicontohkan oleh setiap muslim. Istilah ini sering dikaitkan dengan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan utama bagi umatnya.
Dalam bahasa Indonesia sesuatu yang dikatakan contoh itu harus diikuti atau harus ditiru. Sehingga kalau kita mengatakan bahwa Muhammad Rasulullah SAW itu contoh yang baik, maka memberi makna bahwa Muhammad Rasulullah itu harus diikuti, harus ditiru dan harus dicontoh.
Di bulan Maulidin Nabi, bulan yang penuh berkah ini, selayaknya kita memaknai nilai uswatun hasanah dalam dua hal. Pertama, berusaha mengikuti, meneladani uswatun hasanah beliau menurut kemampuan kita, dan kedua, berusaha untuk menjadi contoh yang baik atau suri tauladan yang baik bagi diri kita sendiri dan masyarakat menurut bidangnya masing-masing.
Seorang mubaligh harus dapat menjadi contoh yang baik bagi jamaahnya. Seorang pemimpin negara atau penguasa harus dapat menjadi contoh yang baik bagi rakyatnya. Seorang guru harus mampu memberi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Seorang bapak harus dapat menjadi contoh yang baik bagi keluarganya.
Dengan meneladani akhlak dan perilaku Nabi Muhammad SAW, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Mari kita berkomitmen untuk menjadikan uswatun hasanah sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari kita.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Alquran) dan al-Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164)